Sejarahdan Perkembangan Tasawuf. Polemik wujudiah di Aceh pada abad ke-17 adalah di antara contoh ketegangan antara ulama syariat dan ulama sufi di Nusantara. Hubungan yang tidak harmonis antara dua kelompok ulama ini telah mendorong tokoh-tokoh ulama sufi, sejak abad ke-3 H, untuk mencari jalan tengah demi mendamaikan antara ulama syariat Sufism comes from the word suffah. Suffah is a term or term for people who live a simple life, and can be said to be poor which is far from glamorous. These were friends of the Prophet who had migrated and lived around the Medina mosque. Sufism comes from the word shuf. Shuf means wool yarn. Mention for people who use coarse wool or sheep's clothing. Unlike wool now, it was used by most poor people. While the rich people in the past usually used clothes made of silk. Sufism comes from the word Shafa 'which means, people who purify their hearts to draw closer to Allah. This is what Samsul Munir Amin said in his book entitled The Knowledge of Sufism. Whereas according to the terms of Sufism is, how to purify the soul and heart of all forms of hustle and bustle and fill it with love for God. This is intended to get closer as close as God. Sufism itself appeared at the time of Tabi'in in the second century. Then in the following centuries, the III and IV centuries later emerged in Sufism. This article discusses Sufism starting from the foundation and motivation of the birth of Sufism, the history of the development of Sufism and its phases, types of Sufism, and the benefits of Sufism in the world of Islamic education. Keywords Sufism and suffah, the world of Islamic education A. PENDAHULUAN Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang menghingapi masyarakat pada waktu itu. Muhammad Fauqi H, 2013 7. Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah Muhammad Menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Segala pola dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad sebelum diangkat menjadi menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI ZAMAN KE ZAMAN Oleh Rumzil Azizah, Email azizahrumzil Rosidi, Email rosidi ABSTRACT Sufism comes from the word suffah. Suffah is a term or term for people who live a simple life, and can be said to be poor which is far from glamorous. These were friends of the Prophet who had migrated and lived around the Medina mosque. Sufism comes from the word shuf. Shuf means wool yarn. Mention for people who use coarse wool or sheep's clothing. Unlike wool now, it was used by most poor people. While the rich people in the past usually used clothes made of silk. Sufism comes from the word Shafa 'which means, people who purify their hearts to draw closer to Allah. This is what Samsul Munir Amin said in his book entitled The Knowledge of Sufism. Whereas according to the terms of Sufism is, how to purify the soul and heart of all forms of hustle and bustle and fill it with love for God. This is intended to get closer as close as God. Sufism itself appeared at the time of Tabi'in in the second century. Then in the following centuries, the III and IV centuries later emerged in Sufism. This article discusses Sufism starting from the foundation and motivation of the birth of Sufism, the history of the development of Sufism and its phases, types of Sufism, and the benefits of Sufism in the world of Islamic education. Keywords Sufism and suffah, the world of Islamic education A. PENDAHULUAN Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang menghingapi masyarakat pada waktu itu. Muhammad Fauqi H, 2013 7 . Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah Muhammad Menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Segala pola dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad sebelum diangkat menjadi menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari 2 kebersaihan hati dan kesucian jiwanya yang sudah menjadi pembawaan sejak kecil. Dengan turunnya wahyu yang pertama pada tanggal 17 Ramadhan atau 16 Agustus 571 M, berarti nabi Muhammad SAW telah diangkat dan diutus menjadi Rasul untuk mengembangkan amanat Allah dan menyelamatkan ummat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Demikian juga wahyu yang diturunkan itu Rasulullah dapat membenahi masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia. Adapun tentang sumber-sumber yang menjadi landasan tasawuf Islam itu terdapat bermacam-macam pendapat. Diantaranya ada yang menyatakan bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran Islam itu sendiri. Selain itu pula ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari persia, Hindu Nasrani dan sebagainya. Syamsun Ni'am, 2014 122. Orientalis Messignon dalam “Encyclopedie de Islam” berkata tentang sumber tasawuf bahwa ”ulama-ulama Islam masih bersimpang siur dalam memecahkan dan mencari sebab-sebab terjadinya perselisihan besar dalam bidang Aqidah islam diantara pelbagai mazhab didalam Islam, yaitu antara mazhab tasawuf dan mazhab ahli Sunnah wal-Jama`ah”. Menurut penadapat merx ”Tasawuf merupakan aliran yang datang kedalam islam yang berasal dari pendeta-pendeta Syam. Menurut Jones, tasawuf islam itu berasal dari Filsafat Neo Platonisme atau berasal dari agama Zoroaster Persia atau agama Hindu. Tentang tasawuf Islam itu berorientasi Nicholson menjelaskan sebagai berikut “Menetapkan tasawuf Islam merupakan import ke dalam Islam, tidaklah dapat diterima, yang sebenarnya ialah kita melihat sejak lahir agama Islam, bahwa bibit berfikir seperti dasar-dasar tasawuf itu ada yang telah tumbuh didalam hati setiap keluarga Jama`ah Islam yaitu sewaktu orang islam itu sedang membaca Al-Qur`an dan Hadist Nabinya”. Harun Nasution,199058. Dari pendapat-pendapat tersebut diatas jelas adanya perbedaan pandangan tentang sumber tasawuf Islam itu, namun demikian dapat dinyatakan bahwa para orientalisten yang kurang jujur berpendapat bahwa tasawuf Islam itu berpendapat bahwa islam itu sendiri sudah ada benih-benih untuk tumbuh dan berkembang sesudah disemaikan didalam lubuk hati setiap muslim, karena tidak dapat dipungkiri lagi ajaran yang menyatakan bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasinya,” dengan pengertian lain dapat ditegaskan bahwa kemurnian ajaran islam itu benar-benar mengandung nilai-nilai kerohanian yang menjadi sumber akhlak bagi setiap muslim, terutama bagi para sufi yang senantiasa berusaha membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka dan berhias dengan perangkai terpuji serta menjauhkan diri dari perangai tercela. Harun Nasution,199058. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sumber dan landasan tasawuf islam itu sendiri, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mendapat pengaruh dari luar islam. Tasawuf Islam itu dalam perkembangannya mempunyai unsur-unsur yang jauh. Unsur yang dekat dan unsur-unsur yang jauh. Unsur yang dekat ialah Al-Quran, Hadist, Sirah Nabi, Sirah Khulafaurrasyidin, Struktur 3 Sosial dan Firqah-firqah sedangkan unsur jauh ialah pengaruh agama Nasrani, yahudi, budha dan Persia. B. PEMBAHASAN 1. Sejarah perkembangan tasawuf dan fase-fasenya Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase, yaitu Pada abad pertama dan kedua hijriah, yaitu fase asketisme zuhud. Sikap ini banyak dipandang sebagai pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini terdapat individu-individu dari kalangan muslim yang lebih memusatkan dirinya pada ibadah dan tidak mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Muhammad Fauqi H , 2013 17. Tahap pertama, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih sangat sederhana. Yaitu, ketika pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum Muslim memusnahkan perhatian memprioritaskan hidupnya hanya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat Mereka adalah, antara lain Al-hasan Al-Basri w. 110 H dan Rabi`ah Al-Adawwiyah H kehidupan “model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 H ketika kaum sufi mulai memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam bidang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala-gejala kejiwaan yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah ini berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT. Sehingga lahir konsepsi-konsepsi seperti Fana`, terutama Abu Yazid Al-Busthami w. 261 H Dengan demikian, suatu ilmu khusus telah berkembang dikalangan kaum sufi, yang berbeda dengan ilmu fiqh, baik dari segi objek, metodologi, tujuan, maupun istilah-istilah keilmuan yang digunakan. Lahir pula tulisan-tulisan antara lain Al-Risalah Al-Qusyairiyyah karya Khusairi dan `Awarif Al-Ma`arif karya Al-Suhrawardi Al-baghdadi. Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu setelah sebelumnya hanya merupakan ibadah-ibadah praktis. Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral keagamaan atau ilmu akhlak keagamaan. Pada masa ini tasawuf identik dengan akhlak berkembang ± satu abad. Pada abada ketiga hijriah, muncul jenis – jenis tasawuf lain yang lebih menonjolkan pemikiran yang eksekutif yang diwakili oleh AL-Hallaj yang kemudian dihukum mati karena menyatakan pendapatnya mengenai hulul pada 309 H. Boleh jadi Al-Hallaj mengalami peristiwa naas seperti ini karena paham hululnya ketika itu sangat kontraversional dengan kenyataan di masyarakat yang tengah mengandrungi tasawuf akhlaqi. Samsul Munir Amin, 2015 209. Dari sisi lain, pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti Al-Juanid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah. Untuk pertama kali dalam islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan semacam lembaga pendidikan yang memberikan berbagai pengajaran teori dan praktik kehidupan sufisfik, kepada para murid dan orang- 4 orang yang berhasrat memasuki dunia tasawuf. Demikian juga ajaran tasawuf al-Suhrawardi, pendiri mazhab isyraqiyyah yang memaklumkan dirinya sebagai seorang nabi yang menerima limpahan nur Illahi dan berakhir dengan fatwa ulama bahwa dia adalah seorang kafir yang halal darahnya. Lalu dia digantung di Aleppo pada tahun 587 H dalam usia 38 Tahun. Demikian pula halnya dengan Ibn Sab`in yang telah mengambil jalan pintas dengan membunuh diri karena serangan para ulama yang sangat gencar terhadap ajaran tasawuf yang diajarinya. Tidak sedikit pila para ulama yang membantah ajaran tasawuf Ibn Arabi yang mengajar paham pantheisme bahwa Tuhan dan alam merupakan suatu kesatuan yang dipisahkan. Perbedaannya hanya pada nama, sedangkan pada hakikat adalah satu. Dengan banyaknya ajaran yang menyimpang dari syari`at, maka ilmu tasawuf pada akhirnya mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga berakhir dengan kehilangan peranannya dalam ilmu-ilmu Islam dan telah berubah wujudnya dalam bentuk pengalaman tarikat yang tidak membawa sesuatu yang baru dalam ajaran kerohanian Islam selain dari pengagungan para guru atau mursyid serta warisan ajaran yang mereka terima. Pada abad ke-5 H Imam Al-Ghazali tampil menentang jenis-jenis tasawuf yang dianggapnya tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam sebuah upaya menegmbalikan tasawuf kepada status semula sebagai jalan hidup zuhud, pendidikan jiwa pembentukan moral. Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan Al-Ghazali dalam bidang tasawuf dan makrifat sedemikian mendalam dan belum pernah dikenal sebelumya. Dia mengajukan kritik-kritik tajam terhadap berbagai aliran filsafat, pemikiran-pemikiran Mu`tazilah dan kepercayaan bathiniyah untuk menancapkan dasar-dasar yang kukuh bagi tasawuf yang lebih Moderat dan sesuai dengan garis pemikiran teologis Ahl Al-Sunnah wal Jama`ah. Samsul Munir Amin, 2015 233. Dalam orientasi umum dan rincian-rinciannya yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi disebut tasawuf Sunni. Al-Ghazali menegaskan dalam Al-Munqidz min Al-Dhalal, sebagai berikut pertama, Sejak tampilnya Al-Ghazali ,pengaruh tasawuf Sunni mulai menyebar di Dunia Islam. Bahkan muncul tokoh-tokoh Sufi terkemuka yang membentuk tarekat untuk mendidik para murid, seperti Syaikh Akhmad Al-Rifa`I H dan Syaikh Abd. Al-Qadir Al-jailani w. 651 H yang sangat terpengaruh oleh garis tasawuf Al-Ghazali pilihan yang sama dilakukan generasi berikut, antara lain yang paling menonjol adalah, Syaikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili H dan muridnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi H, serta Ibn Atha`illah Al-sakandari w. 709 H. model tasawuf yang mereka kembangkan ini adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali; Kedua, Pada abad ke enam hijriah , sebagai akibat pengaruh kepribadian Al-Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf sunni semakin meluas ke seluruh pelosok abad ke enam Hijriah,muncul sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf mereka dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah . diantara mereka terdapat Syukhrawardi AL-Maqtul h, syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi h dan sebagainya. 5 2. Macam- macam tasawuf Jenis tasawuf menurut perkembangannya zaman ke zaman terbagi menjadi dua, yakni a. Tasawuf sunni Tasawuf Akhlaqi disebut juga Tasawuf Sunni. Tasawuf ini menitik beratkan pada perbaikan akhlak atau moral pada diri seseorang. Orientasinya adalah untuk mencari hakikat kebenaran yang dapat mengantarkan manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat. Ma’rifat adalah bersatunya manusia dengan Allah dengan metode tertentu yang telah ditetapkan. Tasawuf akhlaqi ini juga banyak dikembangkan oleh para Ulama Salafussalih. Samsul Munir Amin, 2015 2. “Dan jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya, Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya”. QS Asy Syams 7-8 Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Potensi untuk berbuat baik adalah Al Aql dan Al Qalb. Potensi untuk berbuat baik disebut dengan Nafsu yang dibantu dibisikkan keburukannya oleh Setan yang tiada henti menggoda manusia. Menurut para sufi, untuk masuk kepada tasawuf tentu membutukan mental dan juga aspek lahiriah yang siap. Pada awal memasuki tasawuf, maka seseorang harus berkonsentrasi agar dapat menghindarkan diri dari akhlak buruk atau tercela mazmumah dan terus konsisten mewujudkan akhlak yang baik yaitu mahmudah. Samsul Munir Amin, 2015 332. Ajaran ini, menurut para sufi, melatih manusia untuk dapat menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu bagkan sampai pada mematikan hawa nafsu jika memungkinkan. Tentu saja membutuhkan pelatihan dan pembiasaan yang ketat. Para Sufi yang mengembangkan ajaran tasawuf ini diantaranya adalah Hasan al-Basri 21 H – 110 H, Al-Muhasibi 165 H – 243 H, Al-Qusyairi 376 H – 465 H, Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani 470 – 561 H, Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gajali 450 H – 505 H, Ibnu Atoilah As-Sakandari. Samsul Munir Amin, 2015 141. Pelaksanaan ajaran tasawuf tentu saja tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua kali untuk mencapai proses tertinggi, yaitu tujuan mendapatkan ma’rifat. Proses ini dilakukan agar akhlak baik atau mahmudah selalu melekat kepada manusia. Akhlak tercela dan buruk lainnya akan hilang dan tidak mengusik atau mengganggu jiwa manusia yang suci. Jiwa yang buruk atau dipenuhi akhlak tercela tentu akan memudahkan nafsu manusia semakin banyak mendorong untuk melakukan hal hal yang buruk. Untuk itu, kesucian jiwa harus dipenuhi dan terus dipupuk. Berikut adalah proses atau langkah untuk mendapatkan tujuan dari tasawuf akhlaqi. Takhali adalah proses awal yang dilakukan oleh sufi. Aktivitas Takhali ini adalah usaha untuk mengosongkan diri manusia dari perilaku yang tercela. Salah satu akhlak tercela yang disoroti oleh tasawuf adalah 6 kecintaan manusia yang berlebihan terhadap urusan duniawi, hingga melalaikan pada kesucian jiwa dan kesiapan untuk kembali kepada Allah. Takhalli berbeda dengan Tahalli. M. Hamdani Bakran adz-Dzaky, 2002 259. Tahalli adalah proses untuk mengisi dan menghiasi diri manusia dengan pembiasaan perilaku dan akhlak yang baik. Proses ini dilakukan oleh para sufi dengan mengosongkan jiwanya dari segala akhlak yang buruk. Mereka menjalankan ketentuan agama dengan mengintegrasikan ke dalam dan keluar dirinya. Aspek luar adalah kewajiban seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan, untuk yang bersifat ke dalam adalah keimanan, keaatan, dan kecintaan kepada Allah. Mustafa Zahri, 1998 82. Tajalli adalah proses pemantaapan dan pendalaman materi yang sudah dilalui pada proses tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib. Proses ini adalah memantapkan dan membuat akhlak-akhlak baik tersebut tetap ada dalam jiwa. Untuk itu, pada proses ini benar-benar menumbuhkan kecintaan dan kerinduan yang mendalam pada Allah SWT. Praktis tasawuf ini tentu saja perlu diperhatikan agar tetap mampu menjawab masalah utama manusia yaitu yang berkenaan dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama yang terdapat dalam Al-Quran. Mustafa Zahri, 1998 245. b. Tasawuf irfani Secara etimologis, kata Irfan merupakan kata jadian mashdar dari kata arafa’ mengenal/pengenalan. Secara terminologis, irfan diindentikkan dengan ma’rifat sufistik. Ahli irfan adalah orang yang berma’rifat kepada Allah. Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak al- mubasyir al wujudani penagkapan langsung secara emosional, bukan penangkapan secara rasional. Sebagai sebuah ilmu, irfan memiliki dua aspek, yakni aspek praktis dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia, dan Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini disebut sayr wa suluk perjalanan rohani. Bagian ini menjelaskan bagaimana seseorang penempuh rohani salik yang ingin mencapai tujan puncak kemanusiaan, yakni tauhid, harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan-tahapan maqam perjalanannya secara berurutan, dan keadaan jiwa hal yang bakal dialaminya sepanjang perjalanannya tersebut. Samsul Munir Amin, 2015 241 Sementara itu, irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud ontologi, mendiskusikan manusia, Tuhan serta alam semesta. Dengan sendirinya, bagian ini menyerupai teosofi falsafah ilahi yang juga memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, bagian ini mendefinisikan berbagai prinsip dan problemanya. Namun, jika filsafat hanya mendasarkan argumennya pada prinsip-prinsip rasional, irfan mendasarkan diri pada ketersibukan mistik yang kemudian 7 diterjemahkan ke dalam bahasa rasional untuk menjelaskannya. Samsul Munir Amin, 2015 241 Tokoh-tokoh tasawuf irfani adalah Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Ismail Al Adawiyah AL Bashriyah Al Qaisiyah. Dalam perkembangan mistisme Islam, Rabi’ah Al Adawiyah tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah. Rabi’ah Al Adawiyah adalah wanita satu-satunya dalam Islam yg terkenal kesufiannya. Sebagaimana dikutip oleh Eko Ariwidodo, menyatakan bahwa Posisi wanita akan selalu ada di bawah kedudukan laki- laki. “Kaum wanita tidak dapat diberi kedudukan yang tinggi, karena tidak tahu bagaimana mengambil keputusan yang sulit’’. Eko Ariwidodo, 2016 333. Tidak sulit bagi Rabi’ah Al-Adawiyah mengembangkan khazanah keilmu agamaannya mencapai tingkat mahabbah. Menguraikan secara feministik rasa tulus ikhlas ke dalam cinta sebenar-benarnya kepada Allah. Melebihi dari para sufi lainnya yang notabene laki-laki. Sementara generasi sebelumnya merintis aliran astisketisme Islam berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Rabi’ah pula yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah. Samsul Munir Amin, 2015 242. Abu al-Fayd Tauban bin Ibrahim bin Ibrahim bin Muhammad al-Anshari 772 -860 M yang dijuluki Sahib al-Hut pemilik ikan. Ia dikenal sebagai sufi yang mengembangkan teori tentang ma’rifat. Ma’rifat dalam terma sufistik memiliki pengertian yang berbeda dengan istilah ilm, yakni sesuatu yang bisa diperoleh melalui jalan usaha dan proses pembelajaran. Sedangkan ma’rifat dalam terma sufi lebih merujuk pada pengertian salah satu metode yang bisa ditempuh untuk mencapai tingkatan spiritual. Termasuk meyakini bahwa ma’rifat sebenarnya adalah puncak dari etika baik vertical maupun horizontal. Jadi, ma’rifat terkait erat dengan syari’at, sehingga ilmu batin tidak menyebabkan seseorang dapat membatalkan atau melecehkan kewajiban dari ilmu zahir yang juga dimuliakan oleh Allah. Demikian pula, dalam kehidupan sesama, seorang arif akan senantiasa mengedepankan sikap kelapangan hati dan kesabaran dibanding ketegasan dan keadilan. Ia membagi tingkatan ma’rifat yaitu ma’rifat al-tauhid, yakni doktrin bahwa seorang mu’min bisa mengenal Tuhannya karena memang demikian ajaran yang telah dia terima; ma’rifat al-hujjah wa al-bayan, yakni ma’rifat yang diperoleh melalui jalan argumentasi, nalar dan logika. Bentuk kongkritnya, mencari dalil atau argument penguat dengan akal sehingga diyakini adanya Tuhan. Tetapi, ma’rifat kaum teolog ini belum bisa merasakan lezatnya ma’rifat tersebut; ma’rifat sifat al-wahdaniyah wa al-fardhiyah, yakni ma’rifat kaum muqarrabin yang mencari Tuhannya dengan pedoman cinta. Sehingga yang diutamakan adalah ilham atau fadl limpahan karunia Allah atau kasyf ketersingkapan tabir antara Tuhan dengan manusia. Karena pada tingkatan ini, sebenarnya yang lebih berbicara adalah hati dan bukannya akal; 8 Abu Yazid Tahifur bin Isa dari Al-Bisthami dilahirkan pada tahun 188 H. di Bistham Khurasan, Persia. Dari berbagai riwayat diketahui bahwa Abu Yazid adalah seorang faqih, pengikut Abu Hanifah tetapi kehidupannya berubah dengan memasuki dunia tasawuf. Menurut Abu Yazid, Wali Allah itu ada tiga macam, seorang zahid karena zuhudnya, seorang Abid karena ibadahnya, dan seorang Alim karena ilmunya. Samsul Munir Amin, 2015 254. Abul Mubhist Al-Husain Bin Manshur Al-Khallaj di lahirkan di Baidha Persia pada tahun 244H/ Khallaj selalu hidup berpindah-pindah dalam pengembaraan yang panjang. Di dalam pengembaraan itu ia telah tinggal Tustur, Khurasan, Sijistan, Karman, Persia, Ahwaz, Basrah dan Baghdad. Al-Khallaj juga mengembara ke daerah Timur dimulai dari Turkistan, Mesir dan beberapa daerah di India. Selama dalam perjalanan ia mendapat gelaran yang bermacam-macam. Di Baghdad ia digelari dengan Al-Mushtalam, di Tukistan dengan Al-Mukiths, di India dengan Al-Mugihst dan sebagainya. Buku-buku karangannnya antara lain As-Sahaihur Fi Naqshid Duhur, Kaifa Kana Wakaifa Yakun, Al-Abad Wa Al-Mabud, Kitab Huwa-Huwa, Sirru Al-Alam Wa Al-Tauhid, Al-Thawasin Al-Azal. Kitab-kitab itu hanya tinggal catatan, karena ketika hukuman mati dilaksanakan, kitab yang ia karang pun ikut dimusnahkan, kecuali sebuah yang disimpan pendukungnya yaitu Ibnu Atha dengan judul Al-Thawasi Al-Azal. Dari kitab ini dan sumber-sumber muridnya dapat diketahui tentang ajaran-ajaran Al-Khallaj dalam tasawuf. c. Tasawuf falsafi Tasawuf Falsafi secara bahasa bisa kita bagi menjadi dua, yaitu antasa Tasawuf dan Filsafat. Tasawuf artinya kecintaan terhadap tuhan, sedangkan ilmu Filsafat Islamadalah yang berkenaan dengan akal atau fikiran. Falsafi disini adalah cara yang digunakan dalam bertasawuf. Samsul Munir Amin, 2015 264 Tasawuf Falsafi adalah sebuah aliran dalam bertasawuf yang menggabungkan antara visi mistik dan visi yang rasional. Tasawuf ini merupakan hasil dari pemikiran-peminkiran para tokoh-tokoh yang diungkapkan dengan bahasa ini tidak bisa dikatakan sebagai Tasawuf yang murni karena telah menggunakan pendekatan fikiran dan rasio, namun juga tidak bisa dikatakan filsafat seutuhnya karena didasarkan pada rasa. Dengan kata lain Tasawuf Falsafi merupakan penggabungan antara rasa dan rasio. Secara istilah dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari Tasawuf Falsafi adalah, kajian terhadap tuhan, manusia dan sebagainya yang menggunakan motode rasio atau akal. Aliran dalam Tasawuf Falsafi terkesan tidak jelas, karena banyaknya istilah-istilah yang diungkapkan oleh tokoh-tokkohnya dalam aliran ini yang tidak bisa dimengerti, lantaran menggunakan istilah Filsafat. Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Falsafi pada umumnya mengerti dan akrab dengan ilmu Filsafat. Mereka mempelajari Filsafat Barat, Yunani Kuno,dan Filsafat Islam, serta mengenal para filosof barat seperti, Socrates, 9 Aristoteles serta pemikiran-pemikiran filosof Islam seperti Al Farabi dan Ibnu Sina. Abdul Kadir Riyadi, 2014 199. Menurut Ibnu Khaldun dikutip dalam karyanya Al Ma’rifat, objek dari kajian Tasawuf Falsafi ini ada empat pertama, Latihan yang bersifat kebatinan atau rohaniyah dengan menggunakan rasa, intuisi dengan dan introspsesi diri dengan tingkatan maqam, hal dan rasa; kedua, Kajian tentang hakekat dari sifat-sifat tuhan, malaikat,arsy, kursy, wahyu, kenabian, roh, hakekat dari alam ghaib dan yang nyata serta susunan kosmos dan penciptaannya. Biasanya para filosoh dalam kajiannya dan latihan rohaniahnya melakukan zikir-zikir dengan meninggalkan keduniaan dan membuka kekhusukan terhadap Allah; ketiga, Peristiwa yang luar. Kejadian yang terdapat di alam ini atau kosmos, yang mempengaruhi kekeramatan; keempat, Pengungkapan teory dengan istilah yang filosofis. Istilah tersebut tidak bisa dipahami seutuhnya oleh masyarakat awam. Istilah Tasawuf Falsafi hanya bisa dimengerti oleh para tokoh Tasawuf Falsafi itu sendiri. Pada intinya, ciri dari Tasawuf Falsafi adalah mengabungan antara pemikiran atau rasionalitas dengan perasaan dzuq. Aliran ini mendasarkan pada dalil naqli dan diungkapkan dalam istilah filosofis. Achmad Mubarok, 2001 124. Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi lainnya adalah Ibnu Arabi, Nama lengkap dari Ibnu Arabi yaitu Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath tha’I Al Haitami. Beliau dilahirkan di Murcia, daerah Andalusia tenggara, Spanyol. Pada tahun 560 H. Ia tinggal di Hijaz dan wafat di sana, pada tahun 638 H. karya Ibnu Arabi yang paling fenomenal adalah Al Futuhat Al Makiyah yang ditulis pada tahun 1201 H. Samsul Munir Amin, 2015 274. Ajaran dari Ibnu Arabi ada tiga Wahdad al wujud – Kesatuan Wujud. Intinya wujud dari semua makhluk itu adalah satu, yaitu wujud dari khaliqnya; Hakiqat Muhammadiyah – Lanjutan dari wahdad Al Wujud adalah Hakikat Muhammadiyah, yang menurut Ibnu Arabi, bahwa penciptaan alam semesta ini adalah pelimpahan dari wujud yang satu yaitu tuhan. Dari yang satu itu, Lalu lahirlah semua wujud dengan segala proses penciptaannya; Wahdad Al Adyan – Turunan ketiga dari Wahdatul Wujud adalah Wahdatul Adyan yaitu kesamaan agama. Semua agama itu adalah satu yang bersumber dari tuhan. Amin Syukur, 2002 7 Al Jilli, Nama lengkap Al Jilli adalah Abdul Karim bin Ibrahin Al- Jilli yang lahir tahun 1365 M dan wafat tahun 1417 M. Baliau lahir di Jilan propinsi di selatan Kaspi. Tempat lahirnya Jilli Gilan yang kemudian menjadi nama dari Al Jilli. Beliau adalah sufi yang terkenal di Bagdad. Ia pernah berguru pada tokoh tarekat Qadariyah yaitu Abdul Qadir Al Jailani, seorang sufi dari India. Ajaran dari Al Jilli adalah Insan Kamil – Pemahaman tentang insan kamil atau manusia sempurna sebagai wujud dari tuhan yang diumpamakan bagai cermin. Seseorang tidak bisa melihat dirinya sendiri kecuali dengan cermin; Maqamat – Al Jilli merumuskan tahapan atau tingkatan yang harus dilalui seorang sufi adalah Islam, Iman, Ihsan, Shalah, Shahadah, Sidqiyyah dan Qurbah. Samsul Munir Amin, 2015 281. 10 Ibnu Sab’in, Nama lengkap dari Ibnu Sab’in adalah Abdul Haq Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr. Beliau lahir tahun 614 H di Murcia. Ibnu Sabi’in adalah anak dari keluarga bangsawan, yang hidup berkecukupan. Namun beliau memilih untuk mengasingkan dari segala bentuk kemewahan tersebut. Beliau mempelajari ilmu-ilmu seperti Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Agama, Ilmu fiqih fiqih pernikahan, fiqih muamalah jual beli, Ilmu Filsafat dan Logika. Ajaran dari Ibnu Sab’in adalah Kesatuan mutlak – Kesatuan mutlak adalah ajaran pemahaman tentang wujud itu hanya satu yaitu wujud tuhan; Menolak paham Aristotelian – Intinya Ibnu Sab’in berusaha menyusun logika baru yang membantah adanya konsep jamak. Konsep ini disusun untuk mencapai kesatuan mutlak tadi. Menurut Ibnu Sab’in logika ini menggunakan penalaran ketuhanan atau ilahi. Pemikiran ini yang membuat manusia melihat dan mendengar sesuatu yang baru, yang belum pernah dilihat dan didengar sekalipun. Mustafa Zahri, 1998 82-89. 3. Manfaat tasawuf dalam dunia Islam Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan dan dunia islam, di bawah ini adalah 10 manfaat tasawuf yaitu Dalam bidang kecerdasan emosional, apabila dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik pula; Dalam bidang kecerdasan spiritual, tasawuf mengingatkan manusia tentang kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh, serta menjauhi perbuatan maksiat dan kejahatan; Dalam bidang Agama, tasawuf ini sangat diperlukan agar umat islam bisa mengamalkan teori Islam secara kaffah dan juga untuk mengembangkan integrasi sosial dan kerukunan hidup dalam beragama serta bebangsa; Dalam bidang etos kerja, tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga dan umat. Amin Syukur, 2002 7. Dalam bidang Pendidikan, tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan di Madrasah dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif dan utuh serta untuk mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih, sehat dan maju; Dalam bidang Ilmu Pengetahuan, tasawuf mendidik anggota masyarakat untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan rasional serta mendidik untuk memiliki tanggung jawab sosial; Sumber Pengingat, apa yang akan membantu kita terhadap hal ini adalah mengingat Allah bahwa Allah menjamin kita akan penyediaan, dan pengetahuan dan kekuatan-Nya sempurna, dan bahwa Dia terlepas dari penciptaan dan jauh dari kelupaan dan dari ketidakmampuan. Syaikh Ibn Ataillah menulis dalam bukunya The Abandonment of the Management of Affairs “Percayakan urusan kita kepada Allah juga merupakan kualitas yang sangat penting untuk diperoleh. Mustafa Zahri, 1998 82-89. Landasan Hidup, tanpa pemahaman ini muslim akhirnya lumpuh. Tapi dengan itu kaum Muslim bebas menjadi budak, yaitu mematuhi dengan cara tanpa hambatan. Masalah mencoba taat tanpa pengertian adalah bahwa Anda hanya bisa melakukan apa yang Anda bisa. Tapi untuk menaati 11 Allah sambil mempercayai Dia adalah untuk meninggalkan semua keterbatasan praktis, dan untuk memulai pencapaian apa yang telah Allah perintahkan agar kita lakukan; Pembatas Ilmu Islam, tasawwuf membuat semua pengetahuan lain tunduk pada pengetahuan tertinggi yaitu La ilaha illallah. Dengan Tasawwuf kita menyadari bahwa pengetahuan tentang Allah berada di atas setiap pengetahuan lainnya. Tasawwuf memungkinkan kita untuk mencicipi La hawla wa la quwwata illa billah seperti tasawuf amali; Lebih Mencintai Allah, dalam Qur’an, Allah menghubungkan bahwa orang beriman di antara orang-orang Firaun berkata” Saya telah mempercayakan perselingkuhan saya kepada Allah. “Kenyataannya adalah keinginan kita kepada Allah untuk melestarikan kita dari semua yang memiliki bahaya di dalamnya dan yang dengannya kita tidak memiliki keamanan. Abudin Nata 1996 13. C. KESIMPULAN Tasawuf adalah ilmu jalan menuju Allah. Tasawuf adalah ilmu yang sesuai dengan jalur Islam melalui pengalaman langsung sang Nyata dan bukan melalui lidah atau belajar dari buku. Ini menyiratkan ditinggalkannya teologi apapun. Tauhid tidak logis. Dalam hal ini Tasawwuf adalah pelindung Tauhid La ilaha illallah. Muslim menegaskan La hawla wa la quwwata illa billah. Ini menyiratkan bahwa tidak ada dua kekuatan di alam semesta. La hawla wa la quwwata illa billah juga berarti ada satu sumber kekuatan. Allah memberi kita kuasa-Nya dan membimbing kita dengan keterbatasan kita. Oleh karena itu kita adalah sumber kesengsaraan kita sendiri. Semua sarana tersedia bagi kita. Dari sinilah datang tawakkul hasbunullahu wa ni’mal wakil, “Allah sudah cukup bagi kita dan Dia adalah wali terbaik” seperti hakikat tasawuf falsafi. Tasawuf tidak menjadi konsumen pasif dan jinak dalam masyarakat ini dengan malam yang tercerahkan. Tasawuf adalah transformasi hati Anda sehingga Anda menyadari bahwa Anda bertanggung jawab atas dunia, dan dunia tidak bertanggung jawab atas Anda. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami bahwa apa yang Allah perintahkan adalah mungkin, dan ini menunjukkan jalan kita untuk mencapai tujuan tertinggi kita fisabilillah. Tasawuf memungkinkan kita untuk memahami bahwa perbuatan hati lebih kuat daripada perbuatan anggota badan. DAFTAR PUSTAKA Ariwidodo, Eko. Kontribusi Pekerja Perempuan Pesisir Sektor Rumput Laut Di Bluto Kabupaten Sumenep. Jurnal Nuansa jurnal penelitian ilmu sosial dan keagamaan Islam. Volume 13. Juli-Desember 2016. LP2M IAIN MADURA. Dikutip pada tanggal 27 Juni 2019. Fauqi H, Muhammad. 2013. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta Amzah. Mubarok, Achmad. 2001. Psikologi Qur’ani. Jakarta Pustaka Firdaus. Munir Amin, Samsul. 2015. Ilmu Tasawuf. Jakarta. Amzah. Ni'am, Syamsun. 2014. Pengantar Belajar Tasawuf. Jakarta Ar-ruz Media. 12 Riyadi, Kadir. 2014. Antropologi Tasawuf. jakarta LP3ES. Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Zahri, Mustafa. 1998. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya PT. Bina ilmu. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Pekerja Perempuan Pesisir Sektor Rumput Laut Di Bluto Kabupaten Sumenep. Jurnal Nuansa jurnal penelitian ilmu sosial dan keagamaan IslamEko AriwidodoAriwidodo, Eko. Kontribusi Pekerja Perempuan Pesisir Sektor Rumput Laut Di Bluto Kabupaten Sumenep. Jurnal Nuansa jurnal penelitian ilmu sosial dan keagamaan Islam. Volume 13. Juli-Desember 2016. LP2M IAIN MADURA. Dikutip pada tanggal 27 Juni FauqiFauqi H, Muhammad. 2013. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta Tasawuf. jakarta LP3ESKadir RiyadiRiyadi, Kadir. 2014. Antropologi Tasawuf. jakarta Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Zahri, MustafaAmin SyukurSyukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Zahri, Mustafa. 1998. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya PT. Bina ilmu. Selanjutnyapenulis mengkaji sejarah perkembangan ilmu tarekat dari masa ke masa. Berdasarkan berbagai literatur, sejarah perkembangan tarekat yang merupakan dari bagian perkembangan dari ajaran tasawuf itu sendiri, dibagi kedalam empat periode atau masa. (pandangan pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi atau sekitar abad ke-1 dan ke-2 Hijriah
– Tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu ketiga pilar syari‟at tersebut, yakni Ihsan. Tasawuf adalah bagian dari syari’at Islam, atau dengan kata lain bahwa Syari’at Islam juga memuat ajaran tentang tasawuf. Dengan ini, maka mendeiskrditkan tasawuf atau kajian atasnya merupakan hal yang kurang benar, sebab mereka dalam syari’at Islam menduduki porsi dan posisi yang sama dengan kedua pilar Islam lainnya. Namun yang ironis, dalam realitanya penganaktirian tersebut terjadi, baik dengan memberikan stereotip negative terhadapnya maupun meninggalkan kajian mendalam atasnya. Mereka lebih suka dan nyaman mengkaji fiqih Islam dan kalam atau tauhid Iman. Istilah tasawuf tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Istilah itu baru muncul ketika Abu Hasyim al- Kufy w. 250 H meletakkan kata al-Sufi dibelakang namannya pada abad ke 3 Hijriyah. Menurut Nicholson, sebagaimana yang dikutip oleh Amin Syukur, sebelum Abu Hasyim al-Kufy telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, tawakkal, dan dalam mahabbah, namun mereka tidak menggunakan atau mencantumkan kata al-sufi. Jadi tetap Abu Hasyim orang yang pertama memunculkan istilah itu. Sejarah Masa Pembentukan Tasawuf Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa pada masa awal Islam [nabi dan khulafaur Rasyidin] istilah tasawuf belum dikenal. Meski demikian, bukan berarti praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perilaku Abdullah ibn Umar yang banyak melakukan puasa sepanjang hari dan shalat atau membaca al-Qur’an di malam harinya. Sahabat lain yang terkenal dengan hal itu antara lain Abu al-Darda, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul ibn Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali. Pada paruh kedua Abad ke-1 Hijriyah, muncul nama Hasan Basri 642-728M, seorang tokoh zahid pertama dan termasyhur dalam sejarah tasawuf. Hasan Basri tampil pertama dengan mengajarkan ajaran khauf takut dan raja’ berharap, setelah itu diikuti oleh beberapa guru yang mengadakan gerakan pembaharuan hidup kerohaniahan dikalangan muslimin. Ajaran-ajaran yang muncul pada abad ini yakni khauf, raja’, ju’ sedikit makan, sedikit bicara, sedikit tidur, zuhud menjauhi dunia khalwat menyepi, shalat sunnah sepanjang malam dan puasa disiang harinya, menahan nafsu, kesederhanaan, memperbanyak membaca al- Qur’an dan lain-lainnya. Para zahid ketika ini sangat kuat memegang dimensi eksteral Islam Syari’ah dan pada waktu yang sama juga menghidupkan dimensi internal Bathiniyyah. Kemudian pada abad II Hijriyah, muncul zahid perempuan dari Basrah-Irak Rabi‟ah al-Adawiyah w. 801M/185 H. Dia memunculkan ajaran cinta kepada Tuhan Hubb al-Ilah. Dengan ajaran ini dia menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt tanpa atau menghilangan harapan imbalan atas surga dan karena takut atas ancaman neraka. Pada abad ini tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya, yakni bercorak kezuhudan. Meski demikian, pada abad ini juga mulai muncul beberapa istilah pelik yang antara lain adalah kebersihan jiwa, kemurnian hati, hidup ikhlas, menolak pemberian orang, bekerja mencari makan dengan usaha sendiri, berdiam diri, melakukan safar, memperbanyak dzikir dan riyadlah. Tokoh yang mempernalkan istilah ini antara lain Ali Syaqiq al-Balkhy, Ma’ruf al- Karkhy dan Ibrahim ibn Adham. Sejarah Masa Pengembangan Tasawuf Masa pengembangan ini terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV H. Pada kurun ini muncul dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami H. dan Abu Mansur al-Hallaj w. 309 H.. Abu Yazid berasal dari Persia, dia memunculkan ajaran fana’ lebur atau hancurnya perasaan, Liqa’ bertemu dengan Allah Swt dan Wahdah al-Wujud kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah Swt. Sementara Al-Hallaj menampilkan teori Hulul inkarnasi Tuhan, Nur Muhammad dan Wahdat al-Adyan kesatuan agma- agama. Selain itu, para sufi lainnya pada kurun waktu ini juga membicarakan tentang Wahdat al-Syuhud kesatuan penyaksian, Ittishal berhubungan dengan Tuhan, flamal wa Kamal keindahan dan kesempurnaan Tuhan, dan Insan al-kamil manusia sempurna. Mereka mengatakan bahwa kesemuanya itu tidak akan dapat diperoleh tanpa melakukan latihan yang teratur Riyadhah. Selain munculnya tasawuf yang cenderung pada syathahiyat, sejenis ungkapan-ungkapan ganjil atau ekstatik, dan semi-falsafi yang dimandegani oleh dua tokoh di atas, pada kurun ini juga mulai muncul gerakan banding yang dimandegani oleh Syeikh Junaid al- Baghdadi. Dia memagari ajaran-ajaran tasawufnya dengan al-Qur‟an dan al-Hadis dengan ketat dan mulai meletakkan dasar-dasar thariqah, cara belajar dan mengajar tasawuf, syeikh, mursyid, murid dan murad. Dengan kata lain, pada kurun ini muncul dua madzhab yang saling bertentangan, yakni madzhab tasawuf Sunni al-Junaid dan madzhab Tasawuf semi-Falsafi Abu Yazid dan al-Hallaj. Perlu diketahui pula bahwa pada kurun ini tasawuf mencapai peringkat tertinggi dan jernih serta memunculkan tokoh-tokoh terkemuka yang menjadi panutan para sufi setelahnya. Masa Konsolidasi Tasawuf Masa yang berjalan pada kurun abad V M. ini sebenarnya kelanjutan dari pertarungan dua madzhab pada kurun sebelumnya. Pada kurun ini pertarungan dimenangkan oleh madzhab tasawuf Sunni dan madzhab saingannya tenggelam. Madzhab tasawuf Sunni mengalami kegemilangan ini dipengaruhi oleh kemenangan madzhab teologi Ahl Sunnah wa al-flama’ah yang dipelopori oleh Abu Hasan al- Asy’ari w. 324 H. Dia melakukan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid dan al-Hallaj sebagaimana yang tertuang dalam syathahiyat mereka yang dia anggap melenceng dari kaidah dan akidah Islam. Singkatnya, kurun ini merupakan kurun pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasan awalnya, al-Qur’an dan al-Hadis. Tokoh-tokoh yang menjadi panglima madzhab ini antara lain Al- Qusyairi 376-465 H, Al-Harawi w. 396 H, dan Al-Ghazali 450- 505H. Al-Qusyairi adalah sufi pembela teologi Ahlu Sunnah dan mampu mengompromikan syari’ah dan hakikah. Dia mengkritik dua hal dari para sufi madzhab semi-falsafi, yakni syathahiyat dan cara berpakaian yang menyerupai orang miskin padahal tindakan mereka bertentangan dengannya. Menurut al-Qusyairi kesehatan batin dengan memegang teguh ajaran al-Qur’an dan al-Hadis lebih penting dripada pakaian lahiriyah. Tokoh kedua ialah Al-Harawi. Dia bermadzhab Hanabilah, maka tidak heran jika dia bersikap tegas dan tandas terhadap tasawuf yang dianggap menyeleweng. Hal yang dikritik oleh Al-Harawi atas ajaran tasawuf semi-falsafi adalah ajaran fana’ yang dimaknai sebagai kehancuran wujud sesuatu yang selain Allah Swt. Kemudian dia memberikan pemaknaan baru atas fana‟ tersebut dengan ketidaksadaran atas segala sesuatu selain yang disaksikan, Allah Swt. Selain itu, Al- Harawi juga mengkritik syathahiyat. Terkait ini dia menyatakan bahwa syathahiyat hanya muncul dari hati seseorang yang tidak tentram atau ketidaktenangan. Kemudian tokoh yang terakhir ialah Al-Ghazali. Dia merupakan tokoh pembela teologi sunni terbesar, bahkan lebih besar dibanding sang pendirinya, Abu Hasan Al-Asy’ari. Al-Ghazali menjauhkan ajaran tasawufnya dari gnostis sebagaimana yang mempengaruhi para filosog muslim, sekte Isma’iliyah, Syi’ah, Ikhwan Shafa dan lain-lain. Ia juga menolak konsep ketuhanan Aristoteles, yakni emanasi dan penyatuan. Terkait teori kesatuan, al-Ghazali menyodorkan teori baru tentang ma’rifat dalam taqarrub ila Allah, tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya. Sejarah Masa Tasawuf Falsafi Pada masa abad VI dan VII H ini muncul dua hal penting yakni; Pertama, kebangkitan kembali tasawuf semi-falsafi yang setelah bersinggungan dengan filsafat maka muncul menjadi tasawuf falasafi, dan kedua, munculnya orde-orde dalam tasawuf thariqah. Tokoh utama madzhab tasawuf falasafi antara lain ialah Ibnu Arabi dengan wahdat al-Wujud, Shuhrawardi dengan teori Isyraqiyyah, Ibn Sabi’n dengan teori Ittihad, Ibn Faridh dengan teori cinta, fana’ dan Wahdat al-Syuhud-nya. Sementara orde-orde tasawuf yang muncul pada kurun ini terutama pada abad ke VII H antara lain 1 Tarekat Qadiriyyah, didirikan oleh Abd al-Qadir Jailani w. 1166 M. dan berpusat di Baghdad. 2 Tarekat Naqshabandiyah, didirikan oleh Muhammad ibn Baha’ al-Din H. dan didirikan di Asia Tengah. 3 Tarekat Maulawiyah Rumiyah, didirikan oleh Jalal al-Din Rumi w. 1273 M, Persia. 4 Tarekat Bekhtasyiyah, didirikan oleh al- Bekhtasyi, Turki. 5 Tarekat Tijaniyah, oleh al-Tijani pada tahun 1781 M di Fez Maroko. 6 Tarekat Daraquiyah, oleh Maulana Arabi Darqawi w. 1823 M. di Fez-Maroko. 7 Tarekat Khalwatiyah, didirikan di Persia pada abad 13 M. 8 Tarekat Suhrawardiyah, oleh Suhrawardi al-Maqthul di Irak. 9 Tarekat Rifa’iyah, oleh al-Rifa’i w. 1187 M di Irak. 10 Tarekat Sadziliyah, oleh al-Sadzili w. 1258 M. di Tunis. 11 Tarekat Khishtiyah, oleh Mu’in al-Din Chisthi di Ajmer- India. 12 Tarekat Sanusiyah, oleh al-Sanusi w. 18377 M di Libya. 13 Ttarekat Ni‟matulahiyah, didirikan di Persia dan kemudian di India Isma‟iliyyah. 14 Tarekat Ahmadiyah, oleh Ahmad al-Badawi w. 1276 M. di Mesir dengan pusat di Tanta. Masa Pemurnian Menurut Arberry sebagaimana dikutip Amin Syukur, pada Ibn „Arabi, Ibn Faridh, dan ar-Rumi adalah masa keemasan gerakan tasawuf baik secara teoritis maupun praktis. Pengaruh dan praktek- praktek tasawuf tersebar luas melalui tarekat-tarekat. Bahkan para sultan dan pangeran tidak segan-segan lagi mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi kepada mereka. Meski demikian, lama kelamaan timbul penyelewengan-penyelewengan dan skandal-skandal yang berakhir pada penghancuran citra baik tasawuf itu sendiri. Singkatnya, pada waktu itu tasawuf dihinggapi ,menurut pandangan Arberry, bid’ah, khurafat, klenik, pengabaian Syari’at, hokum-hukum moral, dan penghinaan ilmu pengetahuan. Dengan fenomena di atas, munculah Ibn Taimiyah yang dengan lantang menyerang ajaran-ajaran yang dia anggap menyeleweng tersebut. dia ingin mengembalikan kembali tasawuf kepada sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Hadis. Hal yang dikritik Ibn Taimiyah antara lain ajaran Ittihad, hulul, wahdat al-Wujud, pengkultusan wali dan lain-lain yang dia anggap bid‟ah, khurafat, dan takhayyul. Dia masih memberikan toleransi atas ajaran fana’, namun dengan pamaknaan yang berbeda. Dia membagi fana’ menjadi tiga bagian, yakni 1 fana’ Ibadah, lebur dalam ibadah, 2 fana’ syuhud al-Qalb, fana’ pandangan batil, dan 3 fana’ wujud mas Siwa Allah, fana’ wujud selain Allah. Menurutnya, fana’ yang masih sesuai dengan ajaran Islam ialah jenis fana’ yang pertama dan kedua, sementara jenis fana’ yang ketiga sudah menyeleweng dan pelakunya dihukumi kafir, sebab ajaran tersebut beranggapan bahwa wujud Khaliq‟ adalah wujud Makhluq. Kemudian, secara garis besar, ajaran tasawuf Ibn Taimiyah tidak lain ialah melakukan apa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw, yakni menghayati ajaran Islam, tanpa mengikuti madzhab tarekat tertentu, dan tetap melibatkan diri dalam kegiatan social sebagaimana kalayak umum. Baca juga Sejarah Tasawuf di Indonesia Demikian penjelasan tentang sejarah tasawuf. Semoga menabah wawasan saudara, amin….
Darimadrasah, ribath, serta halaqah yang ada di Haramayn inilah, jaringan ulama Timur Tengah yang menghubungkannya dengan ulama-ulama di Nusantara mulai terjalin. Ulama non-Hijazi yang menjadi penghubung terpenting dalam transmisi/jaringan ulama pada abad ke-17 adalah Syekh Shibghatullah al-Barwaji (w.1015/1606) dan Syekh Ahmad al-Syinnawi.
Olehkarenanya, para calon perwira di militer Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia. Sejarah. Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad ke-3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan Cina dan India. Cecepalba, ma (rektor iailm suryalaya). Ringkasan buku terbaru (cahaya tasawuf) dr. Bukan hanya filsafat yang masih mengalami resistensi di dunia islam, tasawuf pun demikian. Ada yang melihat dari sisi sejarah kemunculannya, ada yang melihat dari sisi fenomenan sosial di abad klasik dan pertengahan.
historiografipaling awal dalam sejarah Islam. Di awal abad ke-3 H / 9 M perkembangan historiografi pada bangsa Arab terlihat semakin pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti: 1. Ketersediaan bahan-bahan kesejarahan sebagai akibat 4 Maghazi berasal dari kata ghazwah (ekspedisi militer) yang dari sudut pandang sejarah berarti perang.
B Proses Sejarah Perkembangan Ilmu Politik. Dapat dikatakan bahwa ilmu politik dilahirkan di Yunani (dengan tokoh Plato, Aristoteles, Thuycidides) sekitar 4-5 abad sebelum bermulanya tahun masehi, berlanjut pada zaman Romawi (dengan tokoh Polybius dan Cicero). Lalu dibangkitkan oleh Niccolo Maciavelli di Italia (awal abad XVI), sebelum dibahas
rKRQ4Vc.
  • p5joto827h.pages.dev/324
  • p5joto827h.pages.dev/274
  • p5joto827h.pages.dev/218
  • p5joto827h.pages.dev/271
  • p5joto827h.pages.dev/185
  • p5joto827h.pages.dev/173
  • p5joto827h.pages.dev/294
  • p5joto827h.pages.dev/79
  • p5joto827h.pages.dev/385
  • sejarah perkembangan tasawuf dari abad 1 sampai 10